CCEP Indonesia Fasilitasi Masyarakat Melalui Bank Sampah

Editor: RI4DI


MARITIMONLINE.COM-
Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia sebagai pelaku usaha dalam industri minuman kemasan terkemuka di Indonesia, sejak lama menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang menyeluruh dan berkelanjutan. Perusahaan berkomitmen terus mewujudkan bisnis yang berkelanjutan melalui sederet inisiatif perlindungan serta pengelolaan lingkungan hidup, termasuk tata kelola persampahan di Indonesia,Selasa (03/01)

CCEP Indonesia secara rutin melakukan pengembangan masyarakat melalui konsep pendekatan bank sampah (Pilot Project Community Development Bank Sampah) di Kota Metro dengan Pemerintah Kota Metro memiliki tujuan untuk menyelaraskan aspek lingkungan, sosial budaya dan ekonomi dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan yang berbeda.

Pemilihan Kota Metro sebagai tempat pelaksanaan proyek rintisan dikarenakan permasalahan penanganan sampah yang belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Kota Metro yang memiliki Luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha, terbagi dalam lima kecamatan dan 22 kelurahan dihuni oleh kurang lebih 169.500 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2020.

Kota Metro menghasilkan sampah rata-rata kurang lebih 102,47 per hari. Saat ini Kota Metro memiliki 1 TPA di Karang Rejo yang menggunakan metode open dumping diatas luasan lahan 14 hektar yang sangat terbatas. Maka, perlu ada langkah penanganan yang efektif dan efisien untuk permasalahan sampahnya.

Penanganan yang belum tepat atas permasalahan sampah akan menghasilkan gas rumah kaca berbahaya yang berkontribusi pada perubahan iklim. Tempat pembuangan sampah padat merupakan sumber emisi metana terbesar ketiga yangdapat mengganggu estetika kota, polutan hasil dekomposisi, pencemaran air, dan pencemaran tanah sebagai akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik yang juga dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan kita dengan timbulnya berbagai penyakit bagi warganya.

Para inisiator Pilot Project Community Development Bank Sampah memiliki ambisi mewujudkan Kota Metro yang bersih dan berkelanjutan mengurangi beban timbunan sampah di TPA Karang Rejo dan menjadikan inisiatif ini sebagai penggerak ekonomi sirkular di masyarakat.

Tahun pertama Pilot Project Community Development Bank Sampah dan pendampingan masyarakat sepanjang tahun 2022 telah dilakukan di 5 Kecamatan Kota Metro masing-masing, yaitu Metro Selatan, Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat dan Metro Timur telah diikuti oleh 22 Bank Sampah PKK, melibatkan 1.155 orang nasabah Bank Sampah PKK dari 22 Kelurahan yang menjadi target pendampingan sepanjang tahun 2022. Kegiatan ini berhasil mencatatkan total sampah yang terpilah sebanyak 22.828 kilogram.

Ciptakan Peluang Ekonomi, CCEP Indonesia Fasilitasi Masyarakat Melalui Bank Sampah

Mulyadi, Tokoh Masyarakat, penggiat lingkungan dan pengelola Bank Sampah di Kelurahan Hadimulyo Timur, menyatakan kemasan produk paska konsumsi yang memiliki nilai ekonomi tinggi ini yang menjadi motivasi kami untuk mulai melakukan pemilahan sampah bersama warga.

Mulyadi menambahkan, selama berjalannya program ini, bank sampahnya juga mendapatkan bantuan pendampingan melengkapi izin operasional, kemudahan akses mendapatkan bantuan modal kerja KUR bagi pengembangan bank sampah, dan yang terpenting adalah adanya kemudahan akses transaksi non-tunai, sehingga memudahkan pembayaraan bagi nasabah melalui fasilitas yang disediakan berupa Program Agen 46 yang diberikan oleh BNI.

Yerri Noer Kartiko Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro menilai kolaborasi dalam program ini mampu melahirkan model pengelolaan bank sampah yang transparan dan berkelanjutan. “Saat ini kami mulai mempersiapkan peta jalan pengelolaan bank sampah dan pengelolaan sampah secara bersama-sama. Tugas kita bersama saat ini adalah bagiamana mengajak masyarakat lebih banyak mulai melakukan pemilahan sampahnya dari rumah,” ucap Yerri.

Harapannya, program Pilot Project Community Development Bank Sampah ini dapat mengurangi sampah dari sumbernya yang terukur, sesuai target pemerintah sebesar 30%. Pengurangan dilakukan mulai dari perumahan, sekolah, tempat usaha, perkantoran, area pelayanan publik, tempat wisata, pasar, dan berbagai sumber sampah lainnya. Dengan melihat peta sumber sampah, para inisiator ingin memberikan nilai tambah pada sampah sehingga dapat menjadi komoditas dan dapat menata sebuah ekosistem sirkular ekonomi melalui peran bank sampah.(bis)

 (MO/R14D1)

Share:
Komentar

Berita Terkini